Artikel Islam : Rahasia Kebahagiaan Dunia
Kebahagiaan dunia
tentunya merupakan cita-cita semua orang yang berjalan di muka bumi.
Tapi tidak banyak orang yang memperoleh kebahagiaan di dunia,
kebahagiaan di dunia juga meruapakan salah satu kunci menuju kebahagiaan
akhirat. Untuk lebih memahami Rahasia Kebahagiaan Dunia berikut kisah yang bisa kita ambil pelajaran tentang rahasia kebahagiaan dunia.
Konon pada suatu waktu, Allah SWT memanggil tiga malaikatnya. Sambil
memperlihatkan sesuatu Allah berkata, “Ini namanya Kebahagiaan. Ini sangat bernilai sekali. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia.
Simpanlah di suatu tempat supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini
disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa
ditemukan oleh manusia. Dan yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih”.
Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat itu langsung
ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut. Tetapi dimana meletakkannya?
Malaikat pertama mengusulkan, “Letakan dipuncak gunung yang tinggi”.
Tetapi para malaikat yang lain kurang setuju.
Lalu malaikat kedua berkata, “Letakkan di dasar samudera”.
Usul itupun kurang disepakati.
Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung
sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu
meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi.
Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu.
Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari, tahun ke
tahun, kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.
Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya?
Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung,
ada yang mencari di pantai,
Ada yang mencari ditempat yang sunyi,
ada yang mencari ditempat yang ramai.
Kita mencari rasa bahagia di sana-sini: di pertokoan, di restoran,
ditempat ibadah, di kolam renang, di lapangan olah raga, di bioskop, di layar
televisi, di kantor, dan lainnya.
Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula
yang bermalas-malasan.
Ada yang ingin merasa bahagia dengan mencari pacar, ada yang mencari
gelar, ada yang menciptakan lagu, ada yang mengarang buku, dll.
Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan.
Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan.
Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah berarti belum
bahagia.
Padahal semua orang juga tahu bahwa menikah tidaklah identik dengan
bahagia.
Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan.
Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita.
Tetapi kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda
tersebut tidak memberi kebahagiaan.
Kita ingin menemukan kebahagiaan.
Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi.
Dimana mereka meletakkannya?
Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan
didasar samudera seperti usulan malaikat kedua.
Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat ketiga.
Dimanakah tempatnya?
KEBAHAGIAAN ITU TERNYATA BEGITU DEKAT, IA ADA DI HATI KITA
Memang ternyata kebahagiaan yang sejati itu cuma bisa di temukan di dalam
hati kita. Hal-hal yang diluar dari diri kita hanya pelipur sementara. Kalau
kita masih berusaha mencari kebahagian di luar sana, itu berarti di hati kita
tidak ada kebahagiaan bukan? Jadi masalahnya adalah mengapa hati kita tidak
bahagia, sedangkan kebahagiaan itu ada disana?
KALAU KEBAHAGIAAN ADA DI HATI, MENGAPA KITA TIDAK BISA MENEMUKANNYA?
Ya, mengapa kita tidak bahagia dan terpaksa membuat kita mencarinya dari
luar.
Padahal katanya kebahagiaan ada di hati kita? Kebahagiaan itu memang
masih ada di hati. Cuma. . . . . . .
Ibaratkan hati kita adalah sebuah rumah yang indah dan megah. Oleh suatu
sebab, tidak terurus, akhirnya:
Rumput-rumput liar tumbuh subur.
Tikus-tikus got merajalela.
Debu-debu dan sampah dimana-mana.
Sarangang laba-laba bertebaran.
Atap - atap menjadi bocor.
Sekarang apakah rumah itu masih terlihat megah dan indah?
Kalau mau seperti semula indahnya, tentu semuanya harus segera di
bersihkan.
Begitu juga dengan hati kita, mengapa tidak bisa merasakan kebahagiaan
yang sebenarnya.
Tak lain karena tertutup debu dan kotoran duniawi.
Debu kebencian, debu kesombongan, kotoran ego yang tinggi, debu
kedengkian, kelicikan, dan keserakahan.
Kalau mau menikmati kebahagiaan, terpaksa kita harus mulai membersihkan
kotoran-kotoran yang masih melekat itu
UNTUK ITU MARI KITA JAGA DAN BERSIHKAN HATI KITA DAN JANGAN KITA NODAI
dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa maka
akan ada satu noda hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan berlepas dari
dosanya maka hatinya akan menjadi bersih, namun jika dosanya bertambah maka
noda hitam tersebut akan semakin bertambah hingga menutupi hatinya, itulah noda
yang disebutkan oleh Allah Azza Wajalla dalam al-Qur`an (artinya), “Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya dosa yang mereka perbuat itu menutupi hati
mereka.” (HR. Ahmad)
Jadi untuk
membersihkan hati yang telah ternoda kita harus memperbanyak taubat dan
sungguh-sungguh dalam bertaubat. Taubat tidak semudah apa yang kita
pikirkan, bukan dengan hanya mengucapkan kata taubat kita juga harus
mendirikan shalat sunnah taubat dan tidak melakukan dosa yang telah kita
taubatkan. Jika kita melakukan dosa tersebut dengan cara sengaja, maka
taubat kita tidak akan diterima. Perbanyaklah mengingat Allah agar kita
terhindar dari dosa-dosa yang bisa membuat hati kita ternoda, hati
ternoda maka kebahagiaan tidak akan pernah kita raih.
Artikel Islam : Pengertian Tarekat dalam Islam
Kata Tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu
dari kata benda thoriqoh yang secara etimologis berarti jalan, metode atau tata
cara. Adapun tarekat dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal
ini akan saya ambil definisi tarekat menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi
al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya adalah;
”Tarekat adalah beramal
dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang
rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal
ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan
syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya;
meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang
sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuamnya ini di
bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang
telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tarekat adalah beramal dengan
syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti
rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram)
dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan
larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh
secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal manfaat
duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna
menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah)
maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan
pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita
tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam
sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat
apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat
tidak hanya membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan
juga berfungsi sebagai mediasi antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW
dan Allah SWT.
Dengan bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa
bis, kapal laut atau pesawat terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah
punya izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan
beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan.
Tasawuf dapat dipraktekkan dalam setiap keadaaan di mana manusia menemukan
dirinya, dalam kehidupan tradisional maupun modern. Tarekat adalah salah satu
wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih bercorak tuntunan hidup praktis sehari-hari
daripada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah
al-Wushul ila Allah SWT (sampai kepada Allah) dalam arti ma’rifat, maka tarekat
adalah metode, cara atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan
tasawuf tersebut.
Tarekat berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara
menyucikan diri, atau perjalanan yana ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan
diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus dibimbing oleh
guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau mursyid inilah
yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah serta
rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara (washilah)
antara murid dan Tuhan dalam beribadah.
Karena itu, seorang Syaikh haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakekat. Di
samping itu, untuk (dapat) wenjadi guru, ustadz atau Syaikh diperlukan syarat-
syarat tertentu yang mencerminkan sikap orang tua yang berpribadi akhlak
karimah dan budi pekerti yang luhur.
Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunat.
- Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
- Tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar